Dosa Sosial

Ketika perkuliahan kembali dimulai disanalah maka kita harus mulai membuka diri atas pengetahuan baru dan pengetahuan baru. Dan di satu minggu pertama kuliahku ini mulai mengenal arti dosa sosial. Sebenarnya kata ini adalah kata yang disebutkan oleh salah satu dosen yang paling dikagumi se sf (seenggaknya itu yang aku dengar). Beliau penyampainya enak banget dan memang wawasannya yang luarbiasa luas membuat kita banyak belajar hal dari beliau.
Lalu apasih yang dimaksud dosa sosial oleh beliau. Secara tersirat di dua perkuliahan hari jumat kemarin, beliau bilang bahwa dosa sosial adalah dosa atas ketidakkompetenan kita sebagai farmasis dalam pemberian informasi sehingga informasi yang salah itu mungkin saja tersebar luas. Berat banget beban seorang farmasis atau tenaga kesehatan lainnya ataupu  jenis pekerjaan yang langsung ke masyarakat. Kita boleh pede kata beliau tapi jangan over sehingga salah dalam menyampaikan informasi. Beliau kuga memaparkan bagaimana sistem kesehatan di Indonesia masih sangat buruk dibandingkan dengan negara maju di luar sana. Dan menghabiskan dana terbesar dari apbd padahal jika angka itu bisa ditekan sampai 40% saja lalu diberikan ke pendidikan maka mungkin semua mahasiswa gak perlu lagi bayar buat kuliah. Dan ini mungkin saja akibat dari dosa sosial seorang farmasis atau apoteker yang tidak kompeten. Salah memberikan obat misal, padahal mungkin orang nya bisa sembuh hanya dengan memberikan antibiotik yang kelasnya rendah tapi karena over pede akhirnya memberikan antibiotik yang lebih tinggi. Sembuh? Ya sembuh, tapi anggaran kesehatan naik begitupun bakteri dalam tubuhnya yang ikut resisten. Dosa sosial? Banget. Udah salah sama pasiennya salah juga karena ngebuat anggaran kesehatan naik dan berdampak dengan anggaran lain yang tidak bisa terpenuhi yang mungkin lebih dibutuhkan. Berpikir jauh seperti ini yang harus diterapkan banget dalam seorang tenaga kesehatan, berpikir tiga atau empat langkah ke depan, apa dampaknya, dan seterusnya. Makin berpikir bahwa menjadi seorang farmasis atau apoteker gak bisa main-main gak bisa asal lulus karena pengetahuannya harus luas seluas-luasnya. Makin takut juga nanti kalau udah kerja melakukan dosa sosial sekecil apapun itu karena dampaknya sangat luas. Tapi harus makin semangat juga membuktikan bahwa sistem kesehatan di Indonesia dapat berubah dan khususnya apoteker dan farmasis lebih bisa bertanggung jawab atas pekerjaannya dan bisa ikut membantu menuju Indonesia yang lebih sehat dan lebih baik. Sehat bukan hanya jasmani tapi juga mental dan sosialnya, karena itulah arti sehat sebenarnya. Semangat calon-calon tenaga kesehatan, kita punya banyak pr dan tugas yang harus bisa kita selesaikan!

0 komentar:

Posting Komentar