Satu Tahun LDR

Keluarga kedua yang paling sering bikin baper.
Keluarga kedua yang paling sering jadi tempat pelarian kalo jenuh.
Keluarga kedua yang walaupun nyebelinnya minta ampun selalu ada cara untuk memaafkan.
Keluarga kedua yang gabisa bikin aku left grup lebih dari seminggu.
Keluarga kedua yang walaupun sampe nangis-nangis kesel tapi selalu bisa bikin ketawa setelahnya.
Keluarga kedua yang banyak pelajaran yang bisa diambil dari ke"bandel"annya.
Keluarga kedua yang entah kenapa kalo udah bikin bawa perasaan sampe seminggu lebih ga sembuh.
Keluarga kedua yang bisa ngasih energi positif walaupun cuma ngobrol via grup.
Keluarga kedua yang kalo ketemu salah satu anggotanya aja udah bisa bikin badmood seharian jadi ketawa-tawa sendiri seminggu.
Dan banyak hal lain yang ga bisa disebutin satu-satu. Suka duka senang susah sebel sayang benci cinta tiga taun bareng di asrama, satu taun LDR, dan terus sampe kelak ada di Surga-Nya. Semoga selalu jadi kenangan paling berharga kalau sama kalian.
Astonic Dralen Relaston. Ingat, sekarang dan selamanya kita akan selalu ada di tahap Winner. Semangat!!


-Seseorang yang sedang mencoba bertahan hidup tanpa kalian, ADR

Mencairkan Beku

Beku. Jemariku membeku. Jangankan menanyakan kabar. Mengetikkan tiga huruf sapaan pun aku tak bisa. Bukan. Bukan karena aku kehilangan keberanianku. Tapi karena kecanggungan ini sudah terlampau jauh. Terlampau menyiksa.

Beku. Pikiranku membeku. Hanya ada pemikiran yang memenangkan egoku. Pemikiran yang kubuat seolah-olah berlogika untuk terus mengutamakan egoku. Pemikiran yang membuatku terus menjerit meminta kepedulian. Padahal sejak lama aku memutuskan untuk berhenti peduli. 

Dingin. Semua kebekuan ini membuat sikapku dingin. Kecanggungan yang terlampau jauh ini membuat sikapku dingin. Pemikiran yang memenangkan egoku ini membuat sikapku dingin.

Malam-malam ketidaktenangan mulai menyapaku kembali. Menangis pun tak ada guna. Karena memang pusaran ini hanya membelitku. Membelit pikiranku. Membelit hatiku. Aku seakan sedang berperang pada cermin.

Hanya hatiku yang (kuharap) tidak membeku. Karena jeritan atas ketidakadilan sikapku mulai terdengar. Karena kesadaran bahwa aku sekarang sangat baik-baik saja dibanding keadaanmu mulai terasa menyentuh. Kenyataan bahwa kecanggungan ini dimulai ketika kepedulianku hilang ini mulai terlihat di pelupuk mata. 

Hanya membutuhkan satu kehangatan lagi untuk mencairkan segala kebekuan ini. 

Hangatnya keterbukaanmu padaku atas cerita hidupmu.